Sabtu, 24 September 2011

Sinopsis Protect The Boss episode 1



Semua orang memiliki masa lalu. Begitu pula No Eun Seol (CHOI KANG HEE).

  
Walaupun prestasi akademiknya saat SMA tak begitu memuaskan, tapi bagi Eun Seol persahabatan adalah yang terpenting dalam hidupnya. Dan ia tak menyesalinya sedikitpun.


Hal itulah yang dikatakan No Eun Seol saat interview sebuah pekerjaan. Arti dari perkataan Eun Seol? Ia menjadi pelindung teman-teman sekolahnya. Jika ada yang mengganggu, ia tak segan-segan melakukan kekerasan alias berkelahi.


Eun Seol juga mempelajari tentang kepemimpinan.  


Dengan kata lain, ia memimpin protes mahasiswa untuk menuntut pengurangan uang sekolah yang mahalnya minta ampun.

Ia juga belajar tekun sampai melupakan masalah cinta


Yang artinya ia tak menggubris saat ada teman mahasiswanya memberikan bunga  untuk menyatakan cinta. Ia malah bertanya arti cinta dan menyuruh memberikan buket bunga itu pada anjing.

Hasil ketekunannya? Hidungnya mimisan. Namun prestasinya tetap biasa-biasa saja.


Sementara di tempat lain,  ada sesi terapi yang disaksikan oleh laki-laki bertopeng. Sesi terapi itu membuat para pasien lain mengungkapkan kelemahan masing-masing pasien, seperti ketegangan saat di tempat yang ramai, obsesif terhadap suatu barang atau tak tahan diperhatikan oleh banyak orang.

Bukannya ikut-ikutan mencurahkan perasaann tentang kelemahannya, laki-laki bertopeng itu malah tak merasa nyaman, ia malah berteriak marah saat ditanya tentang kelemahan yang ia miliki.


Ternyata sesi terapi itu adalah sesi hipnotis yang dilakukan oleh Cha Ji Heon (JI SUNG). I marah pada psikiaternya yang mengira dirinya gila. Ia tak menggubris jawaban psikiaternya yang terpaksa harus melakukan terapi ini karena Ji Heon tak mau meminum obat yang diresepkan.


Ia melihat sampah kertas, memungutnya dan  menuduh kalau sekarang ia merasa obsesif maniak pada kebersihan setelah mendengar keluhan orang-orang tadi.

Benarkah penyakit obsesif maniak akan kebersihan baru sekarang diidapnya?


Sepertinya tidak. Karena saat ia menuju mobil, ia mengulurkan tangan pada sekretarisnya dan sekretarisnya dengan sigap langsung menyemprotkan cairan disenfektan ke telapak tangannya.

Hmmhh.. sepertinya Ji Heon mirip dengan Ki Joon yang yang juga maniak kebersihan. Ia juga seperti Ki Joon, menjabat sebagai salah satu eksekutif di salah satu perusahaan konglomerasi di Korea. 


Namun yang membedakannya adalah jika Ki Joon sangat terampil membawakan presentasi di depan publik, maka Ji Heon langsung berkeringat dingin dan gugup saat ia menyadari kalau ia salah mengartikan bahan yang harus dipresentasikan.


Apalagi saat ayah dan sepupunya, Cha Moo Woon (JAE JONG) menanyakan inti dan tujuan presentasinya. Bukannya menjawab dengan diplomatis, ia malah berkata,

“Karena aku sangat sibuk, maka materi presentasi yang kupersiapkan hanya ini saja.”
Dan ia pun terbirit-birit pergi.

Gubrak! Benar-benar bukan kembaran Ki Joon, deh..


Sesampainya di luar, dengan gaya cool ia berlalu pergi. Walaupun kepergiannya itu diikuti oleh pandangan bertanya-tanya dari para sekretaris yang menunggu di luar. Walaupun kepergiannya ini kemudian digunakan oleh Moo Woon untuk mengambil alih presentasinya (karena dirinya tak ‘sibuk’ seperti Ji Heon) dan membalikkan presentasi yang gagal total itu menjadi presentasi yang sukses.


Ia kembali ke ruangannya dan meminta membatalkan semua perjanjiannya karena ia sangat lelah. Dan juga jika ia tak melakukannya, perusahaan juga akan tetap berjalan seperti biasa, kan? Sekretarisnya meminta untuk melakukannya karena ia takut dimarahi oleh Presiden Direktur alias ayah Ji Heon.


Eun Sol mendapat telepon kalau ia diterima kerja. Ia sangat gembira sekali. Walaupun setelah mendatangi tempat kerja barunya, ia menyadari kalau kantor itu adalah kantor lintah darat. Dan direkturnya sedikit ganjen. Tapi setidaknya pekerjaannya adalah pekerjaan kantoran.


Sementara itu Ji Heon harus kabur melarikan diri saat berpapasan dengan ayahnya. Ia hanya terlambat satu detik, karena ayahnya berhasil mengejarnya masuk ke dalam lift.


Dalam lift yang turun sebanyak 20 lantai, ayahnya memberikan pelajaran pada anak tersayangnya karena lari dari meeting dengan alasan sibuk.


Hehehe… Rasa sayang ayah Ji Heon kentara banget, ya?

Sepertinya hal ini sangat lumrah terjadi, karena sekretaris ayahnya langsung naik ke punggung sekretaris Ji Heon dan menutup CCTV dengan Galaxy Tab-nya. Dan saat lift sudah mencapai lantai tiga, ia memberitahukan pada semuanya kalau mereka sudah di lantai tiga., Serempak mereka menghentikan ‘pelajaran kasih sayang’ itu dan mereka keluar dari lift dengan tenang.


LOL.


Ayah mengancam akan mencabut nama Ji Heon dari kartu keluarga jika Ji Heon mengulang kesalahan tadi. Dan Ji Heon berkata (sok pintar) kalau ayah tak dapat mencabut namanya karena hukum Korea tak memperbolehkan hal itu.


Mendengar jawaban Ji Heon, ayah tak dapat mengendalikan diri untuk menunjukkan sekali lagi ‘kasih sayangnya’ pada Ji Heon di depan umum.

Definitely, love is in the air..

Ayah meminta Ji Heon agar tak mangkir dari pertemuan penting nanti malam.

Melihat hubungan ayah-anak itu, sekretaris Ji Heon berkomentar kalau dulu ia sangat iri melihat kehidupan generasi kedua dari chaebol-chaebol Korea. Tapi setelah ia bekerja selama 3 bulan mendampingi Ji Heon, ia sekarang tak iri sama sekali.

Dengan muram Ji Heon membetulkan kalau ia bukan generasi kedua Chaebol, tapi generasi ketiga.

Heheh.. kalau generasi ketiga mungkin hidupnya seperti itu kali ya?


Walaupun enggan, Ji Heon mengikuti perintah ayahnya untuk mendatangi pertemuan di bar karaoke. Namun bukan berarti ia melakukannya dengan sukses.


Dengan kaku ia meminta agar para gadis tak menempel padanya (“Apakah suhu AC harus dinaikkan agar kalian tak kedinginan dan kemudian menempel padaku?”). Sia-sia team leader mencoba membuat suasana riang karena lagi-lagi Ji Heon mengacaukannya.


Ternyata bar karaoke itu juga tempat yang kebetulan didatangi perusahaan baru Eun Seol. Bos barunya benar-benar ganjen. Setelah gagal mendekati Eun Seol, ia mendekati teman kerja Eun Seol. Eun Seol mencoba bersabar dan menutup mata melihatnya.


Tapi tak bisa. No Eun Seol tetaplah No Eun Seol yang dulu. Yang tak tahan melihat penindasan.


Ia kemudian mendekati bosnya dan mengancam kalau bosnya dapat masuk penjara, karena melakukan pelecehan seksual.


Dan ia diganjar dengan jus tomat yang menampar mukanya.


Jelas jus tomat itu mengaktifkan tombol jagoan yang ada di dalam tubuhnya, karena Eun Seol tanpa ragu mengikuti bos itu ke dalam toilet pria dan menghajarnya. Baik dengan kata-kata maupun perbuatan.

“Jika kau sekali lagi mempermainkan wanita yang lemah tak berdaya, kau akan kuhabisi!”
Ji Heon mengakhiri pertemuan dengan calon partner baru perusahaan. Jelas ia meninggalkan kesan yang mendalam bag mereka.


Karena setelah bersalaman ia kembali meminta disemprotkan cairan disenfektan, dan karena ia takut bersentuhan dengan orang-orang d sekitarnya (yang mungkin berkumam), ia memilih meloncati meja dan berlalu pergi.


Ya. Memang sangat berkesan. Kesan jelek maksudnya.


Di lorong menuju pintu keluar, ia bertabrakan dengan Eun Seol yang baru saja memberi pelajaran pada bos lintah darat sehingga membuat handphonenya jatuh. Eun Seol menggumamkan maaf. Tapi Ji Heon sontak memanggil,“Hei, kepala cepol!”


Eun Seol reflek memegang kuncir rambutnya dan menoleh. Ji Heon menendang handphonenya, mengedikkan kepalanya menyuruh si kepala cepol untuk segera mengambil handphone itu.

Tombol jagoan Eun Seol yang belum mati membuat ia mengambil handphone itu namun menolak mengembalikan dan meminta Ji Heon untuk meminta maaf karena tabrakan itu bukan murni kesalahannya.


Sebelum pertikaian mereka usai, gerombolan anak buah bos ganjen itu datang untuk memberi pelajaran pada Eun Seol. Eun Seol pun menendang mereka membuat salah satu high heelsnya terlempar. Dengan sisa high heels di kakiknya, ia menggunakannya sebagai senjata. Hanya tinggal Ji Heon yang tergagap-gagap dengan gadis yang berkepala cepol itu menghajar gerombolan preman yang tak ia kenal.


Dan gadis itu meninggalkannya sendiri. Jika seorang wanita bisa memukul sekian banyak orang, tentunya dia –seorang laki-laki- dapat melakukannya, bukan?


Ia pun bersiap dan membuat kuda-kuda, dan berniat memukul salah satu preman itu..


.. hanya saja ia memukul udara karena jarak yang terlalu jauh.


Gerombolan preman itu hanya tertawa melihat ‘hebatnya’ Ji Heon. Pada akhirnya Ji Heon keluar juga menemui sekretarisnya yang menunggu di luar bar dengan muka babak belur.


Ji Heon bertanya apakah sekretraisnya melihat gadis kepala cepol? Tapi sekretarisnya tak melihat gadis seperti yang digambarkan oleh Ji Heon. Ji Heon melampiaskan kekesalannnya dengan menyuruh sekretarisnya untuk menemukan gadis gila itu. Ia memberikan pasangan sepatu yang ditinggal oleh Eun Seol sebagai alat pencari jejak.  Jika tidak, maka ia tak mengijinkan sekretarisnya untuk kembali bekerja.


Eun Seol menumpahkan kekesalannya pada sahabat SMA-nya. Ia iri pada orang-orang yang telah bekerja di seluruh penjuru Korea. Sahabatnya membesarkan hati Eun Seol kalau ia nanti juga akan dapat bekerja. Suatu hari nanti akan ada sebuah perusahaan besar yang akan menerimanya sebagai pegawai. Jadi ia tak boleh menyerah sekarang.


Eun Seol pun merasa lebih bersemangat. Di atas bukit mereka berdua sama-sama meneriaki kota yang masih sibuk kalau mereka tak iri pada orang-orang yang masih bekerja lembur di kantor.


That’s a spirit, girl… Fighting!


Jika sahabat Eun Seol mengisi waktu menggeluti Thai boxing betulan, ayah Ji Heon juga mengisi waktu luang dengan bermain tinju di computer. Nenek Ji Heon menyuruh anaknya (ayah Ji Heon) agar lebih bersikap lunak pada anaknya. Ia mendengar kalau ayah memukuli Ji Heon di depan umum. Tak heran jika Ji Heon suka membangkang karena ayahnya sendiri suka memukul. Nenek meminta ayah untuk introspeksi akan perlakuannya pada anaknya sendiri.


Ayah mengikuti anjuran ibunya dan menunggu kedatangan Ji Heon. Ia mulai bicara untuk minta maaf, tapi Ji Heon tetap membelakanginya, sehingga mulai membuat ayahnya marah. Ia menganggap Ji Heon tak sopan padanya. Namun betapa kagetnya saat Ji Heon berbalik dan menghadapnya. Wajah Ji Heon babak belur.


Ia bertambah marah karena Ji Heon beralasan wajahnya babak belur karena membantu seorang wanita. Sebab jika membantu, bukannya malah Ji Heon yang dipukuli kan? Apakah Ji Heon tak pernah mendengarnya, kalau ia dipukul sekali, balaslah 20 kali lebih banyak?


Ia melempar bantal kesal karena Ji Heon tak mirip dengannya sama sekali. Yang mirip hanyalah wajahnya. Ji Heon kaget dan menyanggah kalau wajahnya tak mirip sama sekali dengan ayahnya.


Dan lemparan bantal kedua diterima Ji Heon dan membuat ia terbirit-birit masuk ke dalam kamar.


LOL.


Mungkin ayahnya dulu adalah preman, karena ia menelepon seseorang untuk mencari Sekretaris Ji Heon dan mencari tahu siapa yang memukuli anaknya. Dan sesaat kemudian kelompok lintah darat itu sudah ditemukan dan berlutut di hadapannya dan ia menceramahi kelompok lintah darat itu.


Lucunya, sekretaris ayah Ji Heon rupanya sudah paham akan tindakan ayah, sebab ia memandu kelompok lintah darat itu untuk memberi jawaban yang benar, agar tak membuat ayah Ji Heon lebih marah lagi.


Dan ceramah Ayah Ji Heon itu juga disampaikan di acara penghargaan Pengusaha Terbaik dimana ia mendapat penghargaan itu.


Sementara itu sekretaris Ji Heon sedang menumpahkan uneg-unegnya pada temannya di telepon karena ayah Ji Heon bertingkah laku seperti preman. Dan anaknya juga sama. Bagaimana mungkin ia lulusan dari universitas terkemuka harus masuk ke dalam setiap kamar di karaoke bar dan meminta setiap wanita untuk mencoba sepatu yang diberikan oleh Ji Heon?


Tak disangka uneg-uneg itu didengar oleh seseorang yang ternyata berprofesi sebagai wartawan.


Dan berkat kecanggihan internet sekarang ini, berita tentang penganiayaan Presiden Cha, ayah Ji Heon, menjadi Top Ten Search di internet. Dan di ballroom tempat diselenggarakan penyerahan penghargaan seperti dunia kecil yang belum tersentuh berita tersebut.


Ayah menemui kakak iparnya, ibu Moo Won, dan mereka saling memberi selamat atas kesuksesan yang masing-masing mereka raih. Namun di balik basa basi mereka, sebenarnya mereka sama-sama tak menyukai satu sama lain. Ibu Moo Won menyindir kalau saja suaminya masih hidup, segalanya mungkin akan berbeda.


Namun ketidaksukaan itu hanya tersimpan di dalam diri mereka saja, karena saat ada wartawan mereka kembali tertawa hangat dan berdiri berdampingan untuk kepentingan pers.


Jika hubungan generasi kedua tak begitu hangat, begitu juga dengan generasi ketiga. Moo Won menyindir Ji Heon yang kembali kehilangan jejak sekretarisnya. Ia menyarankan agar tak menggunakan kekerasan pada bawahannya. 


Tapi Ji Heon tak mengindahkan kata-kata Moo Won, malah bertanya apakah Moo Won sekarang memakai make up. Moo Won menjawab kalau penampilan adalah bagian dari bisnis, maka ia mengoleskan sedikit BB cream. Dengan acuh Ji Heon menyarankan agar Moo Won menambahkan lebih tebal lagi, karena hasilnya belum begitu bagus.


LOL. Kalau di depan umum Ji Heon gagap dan kalah oleh Moo Won, tapi yang terjadi sebaliknya saat mereka bertemu secara personal.


Dunia kecil yang belum tersentuh oleh berita tentang ayah Ji Heon langsung pecah saat para wartawan berbondong-bondong datang ke ballroom dan meminta tanggapan ayah.


Ibu Moo Won menyaksikan itu di TV mobil hanya bisa tertawa terbahak-bahak. Sebaliknya nenek hanya dapat menutupi wajahnya tak ingin melihat kejadian memalukan ini. 


Ayah segera mengadakan pertemuan dan meminta agar orang yang membocorkan rahasia ini ditemukan. Ia memarahi Ji Heon karena ia menyebabkan semuanya terjadi.


Namun, ayah masih tetap ayah. Ia meminta sekretarisnya untuk menghapus foto Ji Heon dan jejak yang menghubungkan antara kasus ini dengan Ji Heon agar Ji Heon tak tersangkut masalah ini.


Tapi rupanya jejak terendus juga di internet, karena sekarang nama Cha Ji Heon menjadi First Top Search di internet. Ji Heon sangat kesal melihatnya. Apalagi saat sekretarisnya membawa berita yang tak enak didengar. 


Ia gagal menemukan pemiliki sepatu itu, dan ialah orang yang membocorkan rahasia penganiayaan yang dilakukan oleh ayah Ji Heon.


Ji Heon merasa mereka akan mendapat masalah besar saat ayahnya tahu. Dan.. oh, ayah pasti akan tahu. Maka Ji Heon meminta agar ia dijadwalkan untuk pergi keluar negeri saat keputusan pengadilan ayahnya keluar.


Menyadari kesalahan yang telah ia buat, sekretaris Ji Heon menyerah dan memutuskan untuk mengundurkan diri. 


Namun sebelum mundur ia memberikan nasihat karena ia masih peduli pada Ji Heon. Kepribadian Ji Heon sangatlah buruk, jadi ia meminta Ji Heon untuk merubahnya. Ia telah gonta ganti sekretaris berkali-kali dan akan tetap terjadi seperti itu di kemudian hari jika ia tak merubah kepribadiannya.


Pengadilan telah memutuskan bahwa ayah Ji Heon bersalah. Dan hukuman telah diberikan pada Presdir Cha. Ia harus melakukan pelayanan masyarakat. Ayah Ji Heon mengeluhkan tentang hukuman itu dan menyuruh sekretarisnya untuk melakukannya nanti.


Namun sekretarisnya tak dapat melakukannya, karena saat melakukan pelayanan masyarakat, ada wartawan yang datang untuk mengawasi jalannya hukuman itu. Ia hanya bisa pasrah saat seorang nenek memegang-megang rambutnya dan seorang kakek menendang-nendang air yang digunakan untuk mencuci kakinya.

Dan benar, saat ayah Ji Heon menerima hukuman, Ji Heon pergi keluar negeri meninggalkan sesosok patung dua dimensi seorang gadis tanpa wajah dengan kepala cepol. Yah, jika ia kesal gambar itu menjadi sasaran kemarahannya.


Di bagian lain di Seoul, Eun Seol juga sedang berkutat mencari nol lain di dalam hidupnya. Dengan pengeluarannya seperti sekarang ini, gaji 4 Won per jam hanyalah besar pasak daripada tiang. Ia melihat rekening tabungannya lagi. Sekarang uangnya hanya tersisa 20 ribu won, sementara tagihan kartu kreditnya sebesar 200 ribu won. Hutangnya sebesar gunung yang bernilai 10 juta won.


Ia mendesah frustasi. Tapi dengan semangatnya yang timbul kembali, ia memindahkan sebagian nol di tagihan dan hutangnya pada rekening tabungan, membuat rekeningnya menjadi gendut sampai 2 milyar won.


Asyik! Jika saja itu bukan halusinasinya. Saat sahabatnya menanyakan tingkah aneh Eun Seol, imajinasinya pun pudar dan ia kembali ke dalam realita hidupnya. Namun hal itu meningkatkan semangatnya untuk membuat surat lamaran lagi.


Dan kali ini ia memberikan pengakuan jujur di dalam surat lamarannya.

“Jujur saya katakan, kalau saya sedikit sering berkelahi. Saat itu saya dikenal sebagai No si legenda Balsandong. Tapi saya menjalani hidup saya dengan sepenuh hati.”
Dan Eun Seol kembali melakukan wawancara kerja. Kali ini yang memanggil adalah Perusahaan DN, dimana Moo Won merupakan salah satu interviewernya. Eun Seol tetap menjaga semangatnya walaupun semua pelamar sepertinya memiliki kualifikasi yang lebih darinya. Bahkan ada yang menggunakan bahasa Inggris saat wawancara.


Namun semangatnya meredup saat semua diberi pertanyaan kecuali dirinya. Dan saat sampai di pertanyaan terakhir, Eun Seol belum mendapat giliran, ia baru menyadari sesuatu dan ia pun tersenyum tipis. 


Ia menyadari kalau perlakukan seperti ini sering ia dapat saat ia melamar kerja sebelumnya. Ia harus berusaha menarik perhatian interviewer sampai dengan tindakan yang tak lazim (menyanyi dan menunjukkan bakat tinjunya)


Ia menyela wawancara itu dan bertanya mengapa tak seorang pun memberi pertanyaan padanya? Salah satu interviewer berkilah kalau kualifikasi Eun Seol tak cocok dengan jabatan sekretaris. Eun Seol mengatakan kalau semua pelamar di sini juga tak memiliki kualifikasi sebagai sekretaris.


Menurut pendapatnya, ia tak ditanya karena ia berasal dari universitas yang jelek. Tapi hal itu juga tak masalah karena di dalam syarat lowongan kerja, tak tertera syarat pelamar harus dari universitas yang memiliki reputasi tinggi.
  
Saat salah satu interviewer memberi kesempatan untuk memberi pertanyaan padanya, Eun Seol menolak karena tahu ia tak mungkin akan dipilih. Maka ia akan menyampaikan perasaannya.


Ia tahu waktu yang dimiliki para interviewer sangat berharga. Namun waktunya juga berharga. Semua waktu para pelamar juga berharga. Semua pelamar memiliki bakat yang berbeda-beda. Seorang pelamar mungkin lebih baik di suatu bidang, namun pelamar lain juga lebih baik di bidang lain. 


Jika para interviewer hanya melihat IPK tinggi saja sebagai standar untuk memberi pekerjaan, mengapa mereka memanggilnya? Bagaimana mungkin orang seperti imereka dapat memimpin perusahaan sebesar ini? Ia khawatir pada masa depan Korea jika hal ini masih berlangsung.


Semua terdiam mendengar kata-kata Eun Seol. Pelamar wanita di sebelah Eun Seol sangat terkesan sampai ia tak sengaja bertepuk tangan mengapresiasi pendapat Eun Seol.


Dan Eun Seol pun keluar dari ruang interview, meninggalkan kesan mendalam termasuk pada Moo Won. Ia mulai melihat CV Eun Seol dan membaca surat lamarannya. Ia tersenyum dan tak tahan menahan tawanya.


Eun Seol mendapat pemberitahuan kalau ia diterima saat sedang bekerja di supermarket. Ia tak dapat menyembunyikan keheranannya. Bagaimana mungkin ia dapat diterima? Temannya menduga kalau mungkin mereka menerima orang yang bernama sama. Eun Seol menyetujui dugaan itu, tapi ia tetap akan datang.


Tapi ternyata tidak. No Eun Seol dari Balseondong lah yang diterima. Dan itu adalah dirinya. Ia bahkan mendapat sekilas info kalau Cha Moo Won sendiri secara personal memilihnya sebagai sekretaris.


Saat masuk ke dalam ruang sekretaris, tanggapan dingin yang didapatnya. Tapi ia tak patah semangat menghadapi itu. Ia tetap memperkenalkan diri dengan sopan pada setiap sekretaris yang ada yang mencoba mengacuhkan dirinya.


Ingin menyelidiki kebenaran info yang didapatnya tadi, Eun Seol menemui Cha Moo Won dan langsung mengenalinya saat itu juga. Ia bertanya pada Moo Won alasan mengapa ia diberi pekerjaan ini. Apakah karena wajahnya cantik? Atau wajahnya mirip dengan cinta pertamanya?


Hehehe.. Eun Seol sepertinya kebanyakan nonton drama korea nih..


Dengan geli Moo Won membantah dua dugaan itu. Walaupun Eun Seol tahu kalau dugaan itu sedikit ngawur, tapi hanya itu yang dapat ia pikirkan, karena ia tak tahu lagi alasan lain.

Moo Won menjelaskan kalau ia dipilih karena kasus Presdir Cha yang terakhir. Ia berpikir kalau Eun Seol cocok untuk menjadi sekretaris Ji Heon. Lagipula, ia adalah No si legenda Balseondong.

Eun Seol menjadi lebih yakin saat mendengar percakapan telepon Moo Won dan Presdir Cha yang ingin tahu alasan Moo Won memilih sekretaris Ji Heon yang baru. Karena Ji Heon perlu perubahan. Walaupun di atas kertas Eun Seol tak memiliki kualifikasi yang tinggi, tapi pikiran dan kemampuannya sangatlah kuat. Sedikit banyak Eun Seol tersenyum mendengar pujian tersebut.


Presdir Cha masih melakukan pelayanan masyarakat. Karena kelelahan, sekretarisnya menyarankan agar ia menggantikannya sebentar. Belum sempat mereka berganti posisi, Kepala panti jompo datang dan mengetahui hal ini. Ia menyuruh Presdir Cha untuk mencuci sendiri popok itu atau ia akan melaporkannya.


Akhirnya Ji Heon pulang ke Korea, mengendap-endap takut ketahuan oleh media. Tapi siapa sangka yang menemukannya adalah..


Neneknya yang secara pribadi menjemputnya di bandara.


Ia kaget dan mencoba melarikan diri. Tapi neneknya jauh lebih cepat dan kuat. Ia menahan Ji Heon dan membawanya ke kantor tak mempedulikan tantrumnya Ji Heon.

Hehehe.. Ji Heon benar-benar childish.


Sesampainya di kantor, ia mengendap-endap lagi, namun sepertinya keberuntungan sedang menjauhinya karena ia bertemu ayahnya.
Sepertinya pertunjukan kasih sayang itu kembali dilakukan, karena Ji Heon keluar dari lift dengan badan pegal-pegal.


Sekretaris Moo Won memberikan arahan pada Eun Seol sebagai sekretaris. Ia teringat pada percakapannya dengan Moo Won sebelumnya, mengapa Moo Won memilih Eun Seol sebagai sekretaris Ji Heon? 


Berbeda dengan jawaban Moo Won pada Eun Seol, Moo Won menjawab kalau Eun Seol sangat putus asa dalam mencari pekerjaan. Dan hal itu membuatnya akan menjadi pegawai yang loyal. Bukan loyal pada Ji Heon, tapi loyal padanya yang telah memberinya pekerjaan. Dan bonusnya, Eun Seol tampak cute, kan?


Sepertinya semua sekretaris suka pada Moo Won dan menganggap Eun Seol sebagai saingan karena Moo Won menganggapnya cute..


Ji Heon melewati meja Eun Seol dan Eun Seol menyapa bos barunya.

Ji Heon menatap Eun Seol dan Eun Seol pun menatap Ji Heon.


Dan mata Eun Seol membesar, menyadari siapa bos barunya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar