Hyung Woo ketahuan bersama Hee Soo, walaupun sebenarnya mereka kebetulan bertemu disana.
Eun Jae yang shock segera berbalik dan masuk ke dalam mobilnya, tapi ia kemudian mendapat ide, ia mengambil kameranya dan memotret mereka berdua. Potret itu akan menjadi bukti yang nyata bagi Hyung Woo.
Eun Jae menghabiskan harinya di pantai. Ia mencoba menghibur diri setelah melihat pengkhianatan Hyung Woo dengan memakan sushi. Ia memandang sebotol soju, tapi memutuskan untuk tidak minum-minum lagi, mungkin ia teringat kejadian ketika ia mabuk kemarin.
Sedangkan Hyung Woo mengajak Hee Soo untuk meyakinkan pemilik toko untuk datang ke pengadilan dan memberikan testimoni untuk Kakek.
Hee Soo berkata kalau ia akan pergi ke pengadilan untuk kasusnya sendiri. Ia merasa sendirian karena tidak ada yang mau membantunya. Sebenarnya ia merasa takut, setelah melihat perjuangan Kakek, ia menjadi lebih berani.
Usaha Hyung Woo tidak berhasil dengan baik. Ia pulang ke rumah dan merasa kecewa karena kegagalannya tadi siang. Ia menemukan Eun Jae membawa sekantung penuh bir yang langsung ditenggaknya tanpa berbagi.
Hyung Woo memberitahunya tentang usahanya yang gagal di Seokcho dan Eun Jae dengan tajam langsung bertanya apakah ada yang dilakukannya lagi disana sambil menyindir kalau itu alasan bagus yang dibuatnya untuk menutupi sesuatu.
Hyung Woo merasa tidak ada yang perlu dikatakan, jadi ia segera pergi ke kantornya, tapi ia kemudian sangat kaget ketika melihat fotonya bersama Hee Soo ditempel di layar monitornya.
Hyung Woo membawa foto itu keluar dan ingin tahu apa Eun Jae yang memotretnya, bagaimana ia bisa tahu. Dengan genit Eun Jae bertanya apakah ia tidak menyukai foto itu atau mengenali wajahnya sendiri.
Hyung Woo menjadi marah karena Eun Jae mengikutinya, tapi dengan tenang Eun Jae memberitahunya kalau ia mengikutinya karena tingkah Hyung Woo yang mencurigakan dan Ia tahu kalau dulu Hyung Woo pacaran dengan Hee Soo. Hyung Woo jadi berpikir ulang, ia sadar kalau mereka punya dua kesalahpahaman.
Eun Jae mengatakan kesalahpahaman mereka yang ketiga, malam itu ketika Hyung Woo berkata kalau ia minum-minum bersama Soju, Eun Jae melihat Soju bersama Go Ki dengan mata kepalanya sendiri.
Hyung Woo mengingat malam itu, ternyata ia sedang bersama ibu Eun Jae, tapi ia tidak ingin mengatakannya pada Eun Jae.
Harga dirinya membuatnya tidak ingin mengalah dan Hyung Woo hanya menyahut kalau ia tidak melakukan sesuatu yang salah, seharusnya Eun Jae tidak salah paham. Eun Jae berkata daripada mempercayainya, ia lebih baik mempercayai kecoak. Hyung Woo berteriak, “Kalau begitu, kau tidak usah mempercayaiku!”
Eun Jae tidak percaya Hyung Woo bisa berteriak seperti itu. Ia sekarang percaya kalau Hyung Woo dan Hee Soo telah membodohinya, sedangkan Hyung Woo tetap berkeras kalau ia tidak melakukan kesalahan sehingga ia tidak perlu meminta maaf.
Eun Jae mengangkat tangannya untuk memukul Hyung Woo, tapi Hyung Woo menahannya, bertanya apakah Eun Jae selalu berpikir kalau ia akan selalu menerima perlakuan kasarnya. Eun Jae merasa frustasi dan tidak bisa menyalurkan kemarahannya, ia menyapu meja Hyung Woo dengan tangannya dan segera keluar dengan marah.
Hyung Woo mengikutinya dan bertanya apakah Eun Jae akan seperti ini dan secara tidak sengaja menendang dompetnya.
Eun Jae menganggapnya sebagai pembalasan, ia pun segera membalas dengan mengosongkan isi tas Hyung Woo, yang membuat mereka berperang saling mengosongkan isi dompet masing-masing.
Ketegangan mereka berlanjut sampai keesokan harinya, ketika mereka bangun dan melihat sisa-sisa pertempuran mereka. Mereka berdiri disisi yang berlawanan dan menyeringai, merasa sedikit puas karena ponsel salah satu dari mereka ikut jadi korban.
Hyung Woo sedang menggosok giginya ketika Eun Jae datang. Hyung Woo mengingatkannya untuk menekan pasta giginya dari bawah, bukan seperti yang biasa dilakukannya. Eun Jae geram dan meletakkan pasta gigi itu. Ia mengambil yang baru dan menekannya dari atas yang membuat Hyung Woo sangat kesal.
Kejadian itu berubah menjadi perang sikat gigi, sambil menendang bekas-bekas pertempuran semalam.
Ketegangan diantara mereka berdua pun masih tinggi di kantor. Eun Jae sepanjang pagi menjadi rewel terhadap pegawai yang lain. Go Ki melihat hal itu dan segera menarik Hyung Woo keluar yang secara tidak sengaja membuatnya mencium Hyung Woo dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi.
Hyung Woo memberitahunya kalau Eun Jae tahu masa lalunya dengan Hee Soo bahkan ia mengikutinya sampai ke Seokcho……dimana ia secara tidak sengaja bertemu dengan Hee Soo. Go Ki menjadi takut dan memberitahu Hyung Woo kalau ia bisa gila.
Hyung Woo berkeras kalau ia disana untuk bekerja, tapi Go Ki menjelaskan kalau bukan itu masalahnya. Untuk menggambarkan apa yang ia maksudkan, ia meminta sebuah bolpen. Go Ki mendekatkan dua bolpen, satu Eun Jae dan yang satunya mantan pacarnya.
Hyung Woo tetap tenang dan berpikir kalau orang seperti Eun Jae pasti punya banyak pacar. Go Ki meneruskan, “Kemudian suatu hari, mantan pacarnya muncul dihadapanmu. Dan mereka bersama lagi seperti ini……”*bolpennya digerakkan*
“Kemudian mereka pergi ke Seokcho! Bersama! Untuk bekerja!” Hyung Woo merebut bolpen itu, bertanya-tanya benarkah Go Ki adalah temannya. Go Ki hanya membuktikan pemikirannya yang membuat Hyung Woo kesal, jadi Hyung Woo harus meminta maaf pada Eun Jae apapun yang terjadi, “Dengan ketulusan yang sangat disukai wanita, sampai lututmu patah.”
Hyung Woo akhirnya bertanya-tanya apakah itu yang seharusnya dilakukannya dan Go Ki mendesaknya, “Untuk kebahagiaan Hope.”
Hyung Woo memutuskan untuk mencoba, tapi ia tetap tidak mau mengaku kalau ia salah, jadi ia berkata, “Aku tidak melakukan sesuatu yang salah, tapi aku tidak melakukan sesuatu yang benar juga.”
Eun Jae hanya memandangnya dengan tatapan kosong, “Jadi kau dan Hee Soo tidak ada hubungan apa-apa?” Hyung Woo membenarkan….dan kemudian dengan canggung ia menjawab telpon dari ibu Eun Jae, tapi Hyung Woo tidak mau mengatakan telpon itu dari siapa.
Hyung Woo menjawab dengan tidak jelas dan kemudian segera mencari alasan untuk keluar. Eun Jae bertanya-tanya, bagaimana ia bisa mempercayainya jika semua tindak tanduknya mencurigakan.
Akhirnya ia mencari di internet bagaimana cara meng cracking password komputer seseorang, tapi setelah melihat begitu banyak jargon teknologi yang merespon, ia membatalkan niatnya.
Hyung Woo pergi menemui ibu mertuanya, tapi saat ia tiba disana, ia melihat ibunya, duduk di seberang mertuanya. Ia segera mengerti dan kemudian bersembunyi dengan panik.
Yang terjadi selanjutnya adalah setiap ibu menelpon menantunya masing-masing untuk meminta saran atas kontrak mereka yang baru.
Hyung Woo berusaha keluar tanpa ketahuan dan segera pergi ke rumah ibunya untuk mencoba meyakinkannya untuk tidak membawa masalah ini ke pengadilan. Tapi Ibu menolak untuk mendengarkannya, ia akan tetap menjalankan saran Eun Jae.
Ia masuk ke kantor Eun Jae untuk mencoba menyuruhnya mundur dari kasus ibunya, tapi tanpa memberitahu semua kenyataan. Eun Jae bertanya-tanya kenapa ia harus mundur, yang membuat mereka bertengkar lagi dan Eun Jae akan pergi untuk bertemu dengan Hee Soo.
Hyung Woo menjadi panik. Ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan Eun Jae. Hyung Woo berkeras sekali lagi bahwa semuanya tidak seperti yang dipikirkannya. Eun Jae heran apakah Hyung Woo tidak mengenal istrinya sendiri dan kemudian melangkah pergi.
Eun Jae pergi menemui Hee Soo untuk membicarakan kasusnya, sedangkan Hyung Woo terus menerus menelponnya.
Ia menatap Hee Soo dengan waspada walaupun berusaha bersikap manis padanya. Ia tidak menemukan kesalahan pada diri Hee Soo. Eun Jae bahkan bertanya-tanya kenapa Hyung Woo putus dengannya, karena ia terlihat sangat normal. Heh
Hee Soo khawatir dengan jumlah tuntutan untuk kasusnya karena ia tidak ingin terlihat menuntut untuk uang. Eun Jae memberitahunya kalau itu jumlah yang sesuai dengan apa yang telah dialaminya dan ia pantas mendapatkannya. Ia berjanji akan memenangkan perkara ini kareana “pekerjaan adalah pekerjaan.”
Ia kemudian bertanya apakah Hee Soo punya pacar dan menawarkan untuk memperkenalkannya dengan seseorang. Hee Soo menolaknya dengan penuh rasa terimakasih dan berkata kalau saat ini ia belum ingin berhubungan dengan seseorang. Eun Jae berkata akan terasa menyenangkan kalau bisa bersandar pada seseorang dan Hee Soo menjawab kalau ia akan bersandar pada Eun Jae saja. Eun Jae kemudian menyalahkan dirinya karena bertanya.
Karyawan Hope berkumpul di restoran Young Joo untuk mendiskusikan tentang perang antara Hyung Woo dengan Eun Jae. Mereka bertanya-tanya darimana Eun Jae tahu tentang Hee Soo. Go Ki kaget kalau ternyata istrinyalah yang memberitahu Eun Jae. Hal ini membuat mereka bertengkar.
Di luar, Soju berjalan dengan seorang teman. Temannya itu adalah seorang hakim yang dulu merupakan professor mereka yang dimainkan oleh Sung Dong Il
Dari percakapan mereka ternyata marga Soju adalah So dan ia juga seorang pengacara, jadi ia dipanggil So Byun (Pengacara So) yang juga berarti pipis. Hehehe
Soju memohon pada professor untuk berhenti memanggilnya So Byun dan mereka masuk ke restoran Young Joo, mengabaikan peringatan kalau pasangan itu sedang bertengkar.
Jadi Profesor menyuruh mereka duduk dan memberikan sesi terapi dadakan untuk mengeluarkan kemarahan mereka dan mendesak mereka untuk lebih tenang. Young Joo mengeluh bahwa ia tidak bisa diam saja jika Hyung Woo berkhianat dan Go Ki berteriak kalau itu tidak seperti yang terlihat.
Profesor itu mulai ikut campur dan kemudian berhenti untuk bertanya, “Hyung Woo? Yeon Hyung Woo?” Ia kemudian berdiri dan berteriak, “Dimana anak itu?” Ia kemudian menelpon Hyung Woo dan berteriak padanya. Hyungh Woo meyakinkan professor itu kalau ia tidak berkhianat.
Hyung Woo merasa malu dan bertanya pada Eun Jae apa yang ia katakana pada orang-orang. Eun Jae bertanya apakah Hee Soo mengeluh padanya dan menambahkan kalau ia tidak pernah mengatakan apapun tentang pergi ke Seokcho bersamanya.
Hyung Woo mengernyit dan ketika Eun Jae berjalan menjauh darinya, Hyung Woo memanggil, “Hee Soo!”
Hyung Woo memanggil istrinya dengan nama mantan pacarnya. Dengan canggung ia meminta maaf pada Eun Jae dan masing-masing kemudian menyibukkan diri dengan pekerjaan.
Hari berikutnya mereka pergi ke sidang pertama Hee Soo untuk menentukan apakah mereka bisa menyelesaikan masalah ini diluar pengadilan. Boss Hee Soo adalah orang kaya yang brengsek yang juga suka membedakan gender. Ia menolak untuk mengakui kesalahan, jadi mereka akan bertemu lagi di pengadilan.
Eun Jae menyemangati Hee Soo dan memperlakukannya dengan baik selama sidang itu yang membuat Hyung Woo merasa berterimakasih. Eun Jae harus pergi untuk berbicara dengan pengacara lawannya yang berasal dari firma hukumnya yang lama , jadi Hyung Woo keluar bersama Hee Soo.
Boss Hee Soo mencul dan mengkonfrontasinya dengan tuduhan dan ancaman. Hee Soo mencoba membela diri walaupun kata-kata bossnya membuatnya sangat terpukul. Setelah bossnya pergi, Hee Soo menangis di depan Hyung Woo. Ia menangis karena merasa diperlakukan tidak benar.
Hee Soo menyandarkan kepalanya ke bahu Hyung Woo. Hyung Woo melingkarkan tangannya dibahu Hee Soo dan menepuk punggungnya. Ia telah melakukan kesalahan yang besar yang bisa membuat Eun Jae tambah salahpaham.
Eun Jae keluar dari gedung pengadilan dan melihat pemandangan itu. Ia makin salahpaham tentu saja.
Hari ini bukan hari yang baik bagi Eun Jae, saat ia pulang kekantor, ia mendapat berita buruk, ia kalah dalam kasus lain yang ia perjuangkan tanpa kenal lelah. Eun Jae duduk termenung di mejanya sepanjang hari tanpa bergerak.
Hyung Woo kembali kekantor dan menemukan staffnya khawatir dengan keadaan Eun Jae. Hyung Woo masuk ke kantor Eun Jae, ia berusaha untuk menghiburnya. Ia berkata pada Eun Jae untuk belajar menerima kekalahan, tapi ia menjadi sangat defensif, bertanya-tanya jika Hyung Woo berpikir kalau ia harus menerimanya..
Eun Jae mendesah dan meminta Hyung Woo untuk menyetir, tapi ketika Eun Jae menyebutkan sebuah tempat, Hyung Woo seperti mendengar suara tabrakan dan meminta Eun Jae untuk memilih tempat lain. Eun Jae berpikir kalau Hyung Woo menghindari percakapan lagi dan memilih langsung pulang kerumah. Ia merasa sedih.
Eun Jae duduk di rumah dan menatap foto pernikahan mereka. Ia tersenyum saat teringat betapa bahagianya mereka saat itu. Ia pergi ke sofa untuk melihat bekas terbakar dan mengelusnya, “Bahkan jika apinya sudah menghilang, bekasnya tetap tersisa seperti ini.”
Hyung Woo pulang kerumah dan mereka terlibat percakapan, dimana salah satunya serius, sedangkan yang lain hanya bercanda, tidak sadar kalau semua yang diucapkannya salah.
Eun Jae: “Apakah kau mencintaiku?”
Hyung Woo: “Kenapa tiba-tiba….”
Eun Jae: “Jawab aku. Apakah kau mencintaiku?”
Hyung Woo: “Bukankah aku sudah menunjukkannya?”
Eun Jae: “Sebutkan dengan kata-kata.”
Hyung Woo: “Bagaimana aku bisa mengucapkan kata-kata seperti itu, mabuk?”
Eun Jae: “Benar….Kau tak bisa mengatakannya…karena kau tidak serius.”
Hyung Woo: “Apa yang kau bicarakan?”
Eun Jae: “Kau tidak akan menceraikanku kan?”
Hyung Woo: “Tentu saja tidak. Kenapa aku harus menceraikanmu?”
Eun Jae mendesah dan pergi keluar untuk mencari udara segar.
Ia pergi ketepi sungai Han. Ia merenungkan kisah cinta mereka yang diikuti oleh pertengkaran demi pertengkaran.
Paginya ia pergi kerja dengan ceria. Staff Hope mengerti dengan perubahan mood Eun Jae yang aneh. Go Ki dan Hyung Woo menatapnya dengan gugup. Akhirnya, Hyung Woo memanggilnya kea tap untuk bertanya kenapa Eun Jae begitu gembira?
Eun Jae berkata kalau ia memutuskan untuk membiarkan semuanya lewat. Hyung Woo merasa gembira karena ia mengira kalau Eun Jae memaafkannya.
Hyung Woo bertanya apakah ini artinya ia kembali menjadi Eun Jae yang dulu di kencaninya. Eun Jae merenung sejenak, “Aku yang dulu?” Akhirnya ia memutuskan kalau itu sesuatu yang baik.
Hyung Woo tidak menyadari kalau yang dimaksud Eun Jae adalah ia ingin jadi dirinya yang single. Dengan gembira ia memberitahu Soju kalau akhirnya perkawinannya telah aman. Ia menyemangati Soju untuk segera menikah.
Eun Jae minum-minum di bar dan Tae Young tiba untuk bekerja.
Ia menduga kalau sesuatu telah terjadi pada Eun Jae, tapi Eun Jae hanya tersenyum dan berkata kalau ia sudah memutuskan untuk membiarkan semuanya pergi dan tidak menjelaskan lebih lanjut.
Hari berikutnya, dalam perjalanannya ke pengadilan, Hyung Woo meminta Eun Jae untuk memanggilnya oppa. Sekali saja, agar ia beruntung. Eun Jae berkata kalau Hyung Woo hanya sebulan lebih tua darinya, tapi Hyung Woo merengek kalau itu akan membantunya menang di pengadilan. Jadi Eun Jae memanggilnya oppa dengan manis, yang membuat Hyung Woo merasa sangat bahagia.
Ia tidak sadar arti kata-kata Eun Jae ketika ia berkata, “Oke, karena ini untuk terakhir kalinya….oppa.”
Akhirnya Hyung Woo memenangkan kasus Kakek dan bahkan bisa mengatur pemilik toko untuk bersaksi disana, walaupun ia terlambat datang.
Ia segera kembali ke kantor dan langsung menuju kantor Eun Jae, tapi kantor itu kosong. Staff yang lain bersorak untuknya dan Go Ki memberikan surat dari pengadilan.
Hyung Woo membukanya dan menemukan…..dokumen perceraian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar